Hidayat Suryalaga: Budayawan, Sastrawan, dan Guru Bahasa Sunda

Hidayat Suryalaga (lengkapnya Drs. H. R. Hidayat Suryalaga) adalah seorang budayawan, sastrawan, dan guru bahasa Sunda yang lahir di Banjarsari, Ciamis pada 16 Januari 1941. Ia wafat pada 25 Desember 2010 di Bandung pada usia 69 tahun. Beliau dikenal sebagai tokoh yang menjembatani dan menyelaraskan ajaran Islam dengan budaya Sunda. 

Kehidupan awal dan pendidikan

  1. Lahir dari pasangan Raden Sukanda dan Raden Siti Marhamah di Banjarsari, Ciamis, Jawa Barat.
  2. Menempuh pendidikan dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi, termasuk di Sekolah Rakyat (SR), Sekolah Guru B (SGB), dan Sekolah Guru Atas (SGA).
  3. Mendapatkan gelar sarjana dari Fakultas Sastra (FS) Universitas Padjadjaran (Unpad). 

Karier dan pengabdian

  1. Mengawali kariernya sebagai guru di Sekolah Rakyat (SR) pada tahun 1958 hingga 1966.
  2. Melanjutkan sebagai guru di tingkat SMP (1966–1978), SGA (1978–1980), dan SMA (1980–1984).
  3. Menjadi dosen di Fakultas Sastra Unpad (1986–1998) dan Universitas Pasundan (Unpas) (1992–2001).
  4. Aktif sebagai penulis produktif, terutama naskah drama berbahasa Sunda dan cerita pendek.
  5. Menjadi pengasuh rubrik bahasa dan sastra Sunda di majalah Sunda ternama seperti majalah Mangle, majalah Galura, dan majalah Hanjuang

Pemikiran dan karya

  1. Memiliki pemikiran yang mendalam tentang Islam dan budaya Sunda, serta menyelaraskan kedua nilai tersebut.
  2. Terkenal dengan karyanya, Nur Hidayah Saritilawah Basa Sunda Al Quran, yang merupakan tafsir Al-Quran dalam bahasa Sunda.
  3. Beberapa karyanya yang lain termasuk: Rawayan Jati Kasundaan (tentang filsafat dan kehidupan sosial masyarakat Sunda); Kumpulan cerita drama, seperti Kumpulan Carita Drama Karya R. Hidayat Suryalaga; serta Berbagai buku dan riset mengenai budaya dan sastra Sunda.

    Kehidupan pribadi

    1. Menikah dengan Hj. Ritha Margaretha Abdurahman de Vries.
    2. Dikaruniai enam orang anak, terdiri dari empat laki-laki dan dua perempuan. 

    Penghormatan dan warisan

    1. Kepergiannya meninggalkan duka mendalam bagi dunia sastra dan budaya Sunda.
    2. Karya dan pemikirannya menjadi sumber rujukan bagi peneliti yang tertarik dengan perpaduan Islam dan budaya Sunda.
    3. Dianggap sebagai salah satu tokoh Sunda terbaik karena dedikasi dan kontribusinya dalam melestarikan budaya dan bahasa Sunda. 

    Tinggalkan Balasan

    Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *