Pepeling Prabu Tajimalela: Warisan Nilai Kultural Sumedang Larang

Penulis: Mahdi – Rumah Literasi BERSERI

Abstrak

Pepeling Prabu Tajimalela merupakan salah satu warisan kultural penting dalam kebudayaan Sunda, khususnya di wilayah Sumedang Larang. Amanat yang terkenal melalui pesannya, “Ingsun titip tajug, Ingsun titip jalan”, tidak hanya berisi perintah menjaga tempat ibadah dan moralitas sosial, tetapi juga menyimpan pesan filosofis tentang tata kehidupan, etika sosial, dan nilai-nilai budaya. Artikel ini membahas makna pepeling Tajimalela dari perspektif sosial-budaya serta relevansinya bagi kehidupan masyarakat masa kini.

Pendahuluan

Di antara para pemimpin leluhur Sunda, Prabu Tajimalela adalah tokoh yang namanya paling sering muncul dalam sejarah Sumedang Larang. Meskipun catatan tertulis kunonya tidak banyak, pesan-pesan kehidupan yang diwariskannya hidup dalam tradisi lisan dan adat masyarakat. Pepeling ini menjadi pedoman moral yang terus berjalan lintas generasi, sekaligus simbol identitas lokal.

Makna Filosofis Pepeling Tajimalela

Ingsun titip tajug

Tajug” bukan hanya bangunan tempat ibadah. Dalam pandangan budaya Sunda, tajug melambangkan:

  • Kesucian batin;
  • Nilai ketauhidan; serta
  • Adab keberagamaan.

Pesan ini bermakna bahwa masyarakat hendaknya menjaga:

  • Kesucian ajaran agama;
  • Pendidikan moral dan spiritual;serta
  • Nilai-nilai adab dalam kehidupan sehari-hari.

Ingsun titip jalan

Jalan” bukan hanya ruang fisik. Ia merupakan simbol dari:

  • Jalur kebaikan;
  • Etika pergaulan;
  • Aturan sosial;serta
  • Moralitas publik.

Pesan ini menegaskan bahwa kerusakan moral akan membawa kerusakan sosial, dan masyarakat harus menjaga arah hidupnya tetap berada pada nilai-nilai kebaikan.

Relevansi Pepeling dalam Kehidupan Modern

Di tengah arus globalisasi dan digitalisasi, masyarakat menghadapi berbagai tantangan berupa:

  • Melemahnya etika sosial;
  • Menurunnya sopan santun;
  • Lunturnya rasa hormat antar generasi;
  • Meningkatnya individualisme.

Pepeling Tajimalela mengingatkan bahwa identitas masyarakat Sunda dibangun atas fondasi nilai budi pekerti, tradisi gotong royong, serta penghormatan kepada sesama.

Pepeling sebagai Identitas Lokal

Di Sumedang, pepeling ini hadir dalam:

  • Ajaran dan petuah kasepuhan;
  • Tradisi adat;
  • Narasi sejarah lokal; serta
  • Praktik sosial sehari-hari.

Keberadaannya menegaskan bahwa masyarakat Sumedang memiliki karakter religius, berbudaya, serta menjunjung tinggi adab dan nilai kemanusiaan.

Kesimpulan

Pepeling Prabu Tajimalela bukan sekadar peninggalan sejarah, tetapi sistem nilai yang relevan untuk membangun karakter masyarakat masa kini. Ajakan menjaga “tajug” dan “jalan” adalah ajakan menjaga moral, iman, dan etika, sehingga masyarakat tetap kuat menghadapi perubahan zaman.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *